Belajar Dunia Salak di Omah Salak

Kawasan lereng Merapi seakan tak pernah habis untuk dieksplorasi. Selalu saja ada objek yang menarik dikunjungi. Nah, yang satu ini adalah objek wisata edukatif yang layak dikunjungi bersama keluarga, rombongan sekolah, atau rombongan kantormu.

Omah Salak namanya. Terletak di Jl. Perum Gadjah Mada Asri Kenteng Turi Sleman, Wonokerto; sekitar 1 jam dari Kota Yogyakarta. Wilayah Turi Sleman adalah tempat industri budidaya salak dan terkenal dengan hasil panen salaknya yang melimpah. Nah, Omah Salak adalah tempat kamu dan rombonganmu bisa banyak belajar seputar dunia persalakan; budidaya, panen, sampai olahannya. Dengan udara yang segar dan sejuk liburan dan belajarmu akan lebih menyenangkan.

Akses menuju Omah Salak sangat mudah. Jalannya pun sudah aspal dan lapang, bisa dilewati mini bus, elf hingga bus. Jadi untuk kamu yang datang membawa rombongan, tak usah cemas. Tempat parkirnya pun sangat memadai untuk rombongan. Adapun jam operasional Omah salak adalah setiap hari mulai pukul 9 sampai 8 pagi.

Waktu yang tepat untuk ke Omah Salak adalah pada musim salak, yaitu antara Mei-Juni atau November-Desember. Pada bulan-bulan tersebut salak sedang bagus dan besar-besarnya dan itu akan membuat liburan dan belajarmu jadi lebih mengasyikan. Adapun harga salak yang dijual di sini berkisar dari 3000-5000 rupiah perkilo, dan yang uniknya lagi, kamu bisa memetiknya sendiri dari pohonnya untuk kemudian diserahkan ke pemilik untuk ditimang. Menyenangkan, bukan?

Pesona Bunker Kaliadem

Jika kamu penasaran bagaimana dulu warga Yogyakarta, khususnya yang tinggal di kaki Gunung Merapi, berlindung dari ganasnya letusan Gunung Merapi dan menghadapinya, ada objek wisata sekaligus tempat kamu bisa mendapat informasi yang edukatif seputar itu.

Lokasi itu bernama Bunker Kaliadem, tepatnya di Desa Kepuharjo, Cangkringan Sleman Yogyakarta. Sekitar 30 km dari Kota Yogyakarta. Bunker Kaliadem, sesuai namanya, terletak di kaki Gunung Merapi berudara sejuk dengan lingkungan yang menyegarkan dan membuatmu betah berlama-lama berada di sana. Bila hari baik dan langit terang, kamu bisa melihat kegagahan Merapi menjulang.

Di Bunker Kaliadem kamu bisa mengunjungi bunker tempat dulu masyarakat berlindung dari erupsi Merapi. Menurut sejumlah keterangan, ruang bunker itu sempit dan tak terurus, serta di beberapa bagian dindingnya terdapat coretan vandal. Dan sempat juga beredar kabar ada dua pengunjung tewas di dalam karena wedhus gembel. Namun kekononan, kekotoran dan kabar negative itu tidak mengurangi animo wisatawan untuk masuk ke dalamnya.

Dulu Kaliadem adalah desa yang ikut tertutup debu letusan Merapi 2010. Bunker tempat berlindung pun tertimbun hingga berpuluh meter dan setelah sekian pencarian, belum lagi ditemukan. Setelah dilakukan pencarian lebih lanjut, bunker tersebut berhasil ditemukan. Kemudian masyarakat berinisiatif menjadikannya objek wisata.

Untuk mencapai Bunker Kaliadem, setelah sampai di rekreasi Kaliurang, ambil jalan ke arah timur sekitar 1 km. Kondisi jalannya tidak begitu bagus, jadi kondisi kendaraanmu, terutaman ban, harus benar-benar prima untuk menerjang jalur menanjak dengan banyak kelokan.

Meski kondisi jalan yang tidak bagus, namun Bunker Kaliadem tidak pernah sepi pengunjung. Berbagai macam fasilitas telah banyak dibangun di sini secara sangat pantas: kamar mandi bersih, gazebo, tempat makan, hingga gimmick berupa spot foto dengan tulisan Bunker Kaliadem sebagai latar belakang. Di sini pun banyak merchandise Kaliadem yang bisa kamu bawa pulang, mulai dari kerajinan tangan hingga edelwis imitasi.

Tentu saja, waktu yang tepat untuk berkunjung ke sini adalah ketika hari sedang baik dan langit sedang terang. Selain kamu bisa melihat kegagahan Merapi, kamu juga bisa menikmati pemandangan yang menyegarkan secara maksimal bila cahaya matahari sedang sangat melimpah

Berlibur dan Menjaga Lingkungan di Taman Sungai Mudal Kulon Progo

Kini mulai marak berbagai gerakan berbasis lingkungan. Entah itu yang sifatnya komersial maupun nirlaba dan murni bentuk imbauan kepada masyarakat agar senantiasa menjaga dan melestarikan lingkungan di sekitarnya karena iklim bumi sudah mulai tidak baik-baik saja.

Nah, ada juga nih objek wisata berbasis eco-wisata di Yogyakarta. Apa itu eco wisata? Itu adalah objek wisata yang dalam pembangunan dan pelestariannya tidak merusak atau mengeksploitasi alam sekaligus memberi pengaruh yang baik bagi masyarakat sekitar, secara ekonomi.

Taman Sungai Mudal namanya. Lokasinya di Kulon Progo, tepatnya di Banyunganti, Jatimulyo, Girimulyo. Konservasi Taman Sungai Mudal dimulai dari inisiatif warga setempat untuk mau bersama-sama membangun lingkungan ini. Sungai Mudal yang berada di semak belukar hutan kemudian dibersihkan dan dibikin sedemikian rupa sehingga daya tarik wisata yang muncul menjadi luar biasa. Hasil dari upaya tersebut, Taman sungai Mudal menjadi salah satu wisata terbaik kabupaten bahkan Provinsi Yogyakarta.

Sejak saat itu, Taman Sungai Mudal tak pernah sepi pengunjung dan hal ini berimbas baik bagi ekonomi masyarakat setempat. Namun ramainya pengunjung tidak membuat Taman Sungai Mudal menjadi tak terkelola, justru karena sudah dicontohkan oleh warga yang senantiasa menjaga lingkungan, para pengunjung pun menjadi mau diajak bekerja sama untuk tidak mengotori tempat wisata tersebut. Warga dan wisatawan sama-sama senang.

Taman sungai Mudal memiliki keindahaan yang tak terperikan. Airnya berasal dari mata air bawah tanah dan memiliki gradasi warna biru tosca yang berbeda dengan sumber air alami di tempat-tempat lain. Selain itu, terdapat beberapa kolam yang bisa dinikmati bersama dengan fasilitas wahana permainan air.

Saat musim hujan, volume aidi sungai Mudal bertambah sehingga bagi yang gemar bermain wahana air, volume air yang bertambah memberikan sensasi yang lebih menggembirakan. Untuk pemandangan gradasi warna yang bagus, biasanya dapat ditemui pada saat pagi hari sesudah gelap dan sore hari sebelum gelap, karena sinar matahari yang tidak terlalu banyak. Sedangkan pada saat siang, warna gradasi tidak terlalu tampak karena sinar matahari terlalu melimpah.

Untuk mencapai Taman Sungai Mudal, dari Kota Yogya kamu bsa menempuh jalur menuju Godean. Ikuti penujuk arah yang ada untuk menuju ke area Sungai Progo. Kemudian menuju ke arah Goa Kiskendo. Saat berada di pertigaan Goa Kiskendo masih diteruskan hingga bertemu pertigaan hutan pinus. Dari sini terdapat cukup petunjuk untuk menuju Taman sungai Mudal.

Grojogan Sewu; Air Terjun Bertingkat yang Eksotis di Yogyakarta

Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah Yogyakara. Banyak wisata alam yang ditawarkan. Jenis-jenis wisata alam yang selalu menjadi target wisatawan biasanya adalah pantai, perkebunan, perbukitan, desa wisata, goa dan air terjun. salah satunya adalah Grojogan Sewu.

Selain air terjun Sidoharjo, Grojogan Sewu Kulon Progo adalah salah satu obyek wisata yang bisa direkomendasikan untuk anda kunjungi.

Grojogan Sewu berada di dusun Beteng, desa Jatimulyo, kec. Girimulyo, kab. Kulon Progo, Yogyakarta. Dari Kota Yogja, perjalanan yang harus ditempuh menuju lokasi obyek wisata ini kurang lebih 1,5 jam. Untuk medan perjalanannya, ketika sudah tiba di desa Jatimulyo, kita akan melalui jalan berbatu sebelum sampai di destinasi.

Untuk rute menuju Grojogan Sewu Kulon Progo dapat dimulai dari titik Tugu Jogja. Dari titik ini Anda mengarah ke barat menuju Godean hingga berada di perempatan Kenteng. Kemudian jalan menanjak untuk menuju ke Pasar Jonggrangan. Saat di tibar di pasar, kita hanya perlu mengikuti petunjuk yang ada menuju Goa Kiskendo dan kemudian berada di Air Terjun Grojogan Sewu Kulon Progo.

Keberadaannya yang di tengah hutan, air terjun ini memberikan daya tarik tersendiri. Jarak antara lokasi parkir kendaraan hingga menuju air terjun masih sekitar 250 meter yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Jalanannya pun tidak seperti jalan setapak pada umumnya.

Yang bisa kita lakukan ketika berada di perjalanan menuju Air Terjun Grojogan Sewu adalah berfoto dengan suasana hutan sembari melepas penat di jalan.

Sesampainya di lokasi Grojogan Sewu Kulon Progo, tingkat paling atas air terjun bisa dimanfaatkan untuk mandi dan bermain air. Di sisinya juga terdapat sungai, tanpa air terjun yang juga bisa dipakai untuk bermain air.

Grojogan Sewu Kulon Progo bukanlah satu-satunya air terjun yang dinamakan demikian. Terdapat air terjun bertingkat lainnya yang dinamakan Grojogan Sewu seperti yang berlokasi di Malang dan daerah Jawa Tengah.

Grojogan Sewu Kulon Progo terbilang cukup baru untuk wisatawan karena baru. Sebelumnya, air terjun ini hanya dimanfaatkan warga sekitar untuk keperluan air sehari-hari saja. Sejak dikelola oleh pihak setempat, tahun 2015, Grojogan Sewu Kulon Progo menjadi pilihan salah satu obyek wisata air terjun yang favorit di Jogja.

Air terjun ini mulai dikenal banyak orang ketika mahasiswa UGM yang melaksanakan KKN di desa tersebut mempromosikan obyek wisata ini melalu media sosial dengan menyebarkan foto-fotonya.

Dengan tiket masuk seharga Rp.4000,- hingga kini air terjun itu selalu ramai, minimal pengunjung per-hari hingga 200 orang. Terlebih ketika liburan atau akhir pekan pada pukul 14.30 hingga 17.00 WIB.

Dengan pengelolaan yang dilakukan, kini terdapat beberapa fasilitas yang disediakan untuk pengunjung diantaranya ada gazebo untuk berteduh, mushala, toilet umum, dan tentu saja area parkir dengan biaya parkirnya Rp.2000,- []

Air Terjun Luweng Sampang; Pesona Alam di Puncak Dataran Tinggi Yogyakarta

Di Yogyakarta, cukup banyak tawaran wisata air terjun. Di Kulon Progo memiliki Grojogan Sewu yang Eksotis, kini akan dibahas air terjun yang berlokasi di Kabupaten Gunungkidul. Namanya adalah Air Terjun Luweng Sampang.

Sebenarnya air terjun ini bukanlah air terjun yang besar. Ini adalah air terjun kecil atau curug.  Di Jogja sendiri curug memang diartikan sebagai air terjun kecil. Salah satu air terjun yang menarik di Jogja adalah air terjun Luweng Sampang yang berlokasi di Jl. Juminahan, Sampang, Mongkrong, Sampang, Gedang Sari, Kabupaten Gunung Kidul. Gedang Sari bisa dikatakan lokasi paling tinggi di perbukitan area Gunung Kidul.

Untuk menuju lokasi kondisi jalan cukup aman dan baik. Sedangkan jaraknya dari pusat Kota Jogja adalah kurang lebih 29 km. Apabila menggunakan kendaraan bermotor roda dua, jaraknya akan terasa begitu jauh. Menggunakan roda dua bisa membutuhkan waktu tempuh 1 jam hingga lebih.

Untuk rute perjalanan dari pusat Kota Jogja ke arah timur yaitu menuju jalan Wonosari. Memasuki jalan Wonosari terus ke timur melewati Piyungan ke arah Ngoro-oro, mengikuti jalan hingga sampai di Gedang Sari.

Wisata air terjun ini masih begitu alami. Belum banyak sarana atau fasilitas yang dibangun kecuali rute menuju lokasi. Bagi wisatawan yang ingin menikmati wisata di lokasi ini, dapat membawa barang-barang kebutuhan seperlunya secara mandiri karena belum juga banyak pedagang yang menyediakan. Biaya yang dikeluarkan hanya berkisar biaya parkir sebesar Rp.2.000,- hingga Rp.5.000,-

Keunikan yang ditawarkan Air Terjun Luweng Sampang adalah pemandangannya. Tebing yang ada berbentuk seperti kikisan bukit yang rapid an juga air terjunnya berbeda. Karena aliran dan bentuknya tidak seperti curug pada umumnya. Baik tebing dan bentuk air terjunnya memiliki proses terbentuk dan asal usul tersendiri. Aliran airnya membentuk lobang yang dalam bahasa setempat disebut sebagai luweng. Sedangkan sampang merupakan tempat di mana air terjun ini berada.

Pada dasar air terjun terdapat semacam kolam kecil yang bisa menjadi wahana bermain air. Uniknya, kolam ini memiliki setidaknya dua warna. Yaitu berwarna coklat dan berwarna biru tosca. Warna ini tidak tampak pada saat yang sama, namun bergantung kondisi.

Pada saat musim hujan, air kolam tampak kecoklatan dengan derasnya debit air terjun. Sedangkan pada saat musim kering air tampak jernih hingga ke dasar kolam. Pada siang hari, air kolam yang jernih ini bisa tampak kebiruan seperti warna tosca. Nah, biasanya yang paling ditunggu-tunggu adalah momen saat air kolam berwarna tosca.

Batuan di sebagian area Gunungkidul memang cadas dan hampir seperti batuan karang. Daerah ini memang berada di pesisir pantai selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Sehingga suasana khas lautan begitu mempengaruhi alam sekitar lokasi. Mungkin itu juga yang mempengaruhi tebing di sini berbentuk mirip dengan spot Antalope Canyon di Arizona, Amerika Serikat. Karena sama-sama berbentuk kikisan yang beraturan dari sisi atas ke sisi bawahnya.

Merasakan Suasana Inggris di Stonehenge Cangkringan, Yogyakarta

Para pemburu spot foto instagramable kini beramai-ramai mengunjungi Stonehenge Cangkringan demi mendapatkan suasana foto seperti di Stonehege Inggris. Untuk sampai di lokasi ini bila ditempuh dari Kota Yogyakarta membutuhkan waktu sekitar 1 jam hingga lebih dengan jarak sejauh 30 kilometer.

Rute dari Yogyakarta adalah dengan mengambil jalur menuju Jalan Kaliurang (Jakal), kemudian menuju ke Kaliadem. Setelah sampai di wilayah Bebeng dan kemudian akan tiba di Dusun Petung. Nantinya sebelum sampai, kita akan menemukan warung Kopi Merapi di sebuah ujung pertigaan dan melanjutkan perjalanan hingga ke timur menuju lokasi Stonehenge. Kita tidak perlu khawatir tersesat, sebab di sepanjang jalan sudah dipasang papan petunjuk.

Lokasi tepatnya berada di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kita bisa mengendarai kendaraan pribadi. Namun akan lebih aman dan memperoleh sensasi lebih dalam perjalanan apabila kita menyewa jeep. Karena kondisi jalanan yang tidak beraspal. Kawasan Stonehenge ini berada di kawasan rawan bencana 3.

Di Stonehenge, waktu terbaik untuk menikmati suasananya adalah pagi hari. Biasanya ketika pagi, kita akan dapat menyaksikan kegagahan Gunung Merapi yang juga menjadi latar belakang pemandangan indah di Stonehenge. Tetapi jika cuaca sedang tidak bersahabat, kita tidak akan dapat menyaksikan kemegahan Merapi karena terhalang kabut.

Kawasan Stonehenge ini berada satu wilayah dengan The Lost World Castle. Harga tiket masuk untuk Stonehenge Cangkringan ini sebesar Rp.10.000,- per-orang.

Situs Warungboto; Istana Air Bekas Tempat Pemandian Keluarga Raja-Raja Zaman Dahulu

Yogyakarta menyimpan banyak sekali warisan budaya dari adat tradisi hingga hal-hal berwujud fisik seperti bangunannya yang masih kokoh dan terawat.

Sri Sultan Hamengku Buwono I yang memiliki nama kecil B.R.M., ketika memerintah Kesultanan Yogyakarta, lantas membangun keraton dengan berbagai sarana dan prasarana untuk mendukung keberlangsungan eksistensi kekuasaan kerajaannya. Beberapa pembangunan yang dilakukan antara lain pembangunan cepuri (benteng keliling yang berada di dalam keraton) maupun pembangunan baluwarti (benteng keliling yang berada di luar keraton), pembangunan jagang (parit), pembangunan pesanggrahan (taman), serta pembangunan beberapa pemukiman yang diperuntukkan bagi para abdi dalem kasultanan.

Pesanggrahan yang terkenal adalah situs Istana Air Taman Sari dan situs Warungboto. Pada awal berdirinya, Situs Warungboto bernama Pesanggrahan Rejowinangun. Di dalam Pesanggrahan Rejowinangun terdapat sumber air, yang kemudian juga dibuat menjadi tempat pemandian bagi Raja dan Keluarganya. Sampai dengan pertengahan tahun 1935, kolam pemandian Pesanggrahan Rejowinangun masih ramai digunakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar pesanggrahan. Lambat laun nama Pesanggrahan Rejowinangun berubah menjadi Situs Warungboto karena lokasinya yang berada tepat di Kelurahan Warungboto.

Situs Warungboto Jogja memiliki dua sisi yaitu barat dan timur dengan kompleksnya diberi pagar keliling dan bangunan pesanggrahan. Pesanggrahan di sisi barat merupakan kompleks bangunan berkamar dengan halaman teras dan 2 kolam pemandian. Kolam pertama berbentuk lingkaran berdiameter 4,5 meter dan di bagian tengahnya memiliki pancuran air. Kolam kedua berbentuk bujur sangkar ukuran sisinya 10 x 4 meter.

Situs Warungboto menjadi spot foto yang instagramable karena kemegahan bangunannya yang masih terjaga hingga kini setelah sekian lama berdiri. Spot foto utama yaitu pada taman yang dikelilingi oleh bangunan kamar. Apabila berfoto di tengah-tengah, kita akan mendapatkan objek kolam serta taman dengan latar belakang pintu masuk yang bagian atasnya melengkung dan dikelilingi oleh tembok-tembok kamar. Ada juga di spot yang lain adalah orong-lorong yang tua yang nampak unik, megah, dan indah.

Objek wisata ini berlokasi di Jalan Veteran No. 77, yang secara administratif termasuk dalam Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk bisa sampai ke lokasi, kita bisa menggunakan jasa Trans Jogja (TJ) dengan membayar sewa Rp. 3.500 per-orang dengan menaiki halte manapun di Jogja dengan tujuan akhir halte ke XT Square. Dari XT Square dapat menggunakan jasa ojek motor atau mobil online menuju ke Situs Warungboto dengan tarif mulai dari Rp.5.000,- s/d Rp.10.000,- per-orang untuk sekali jalan.

Situs Warungboto ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 s/d 17.00 WIB. Hari Raya dan hari libur Nasional tetap dibuka kecuali bila sedang dilakukan perbaikan atau renovasi, maka ditutup sementara sampai selesai pengerjaan.

Tidak perlu biaya besar karena wisatawan hanya dikenakan tarif parkir sebesar Rp.3.000,- per-motor, Rp.5.000,- per-mobil, Rp.10.000,- per-mini bus, dan Rp.15.000,- per-bus besar. Sedangkan untuk biaya tiket masuknya adalah gratis.

Melepas Penat di Ketinggian 900 Meter MDPL Bukit Ngisis

Pesona keindahan Bukit Ngisis sudah cukup terkenal berkat media sosial. Foto-foto yang disebar oleh para pemegang akun wisata membuat keteran bukit ini semakin santer dan membuat banyak orang penasaran dengan keindahannya.

Obyek wisata bukit di daerah Yogyakarta memang menjadi salah satu primadona yang menjadi daftar para pengunjung diantara banyak sekali obyek-obyek wisata lainnya. Beberapa objek wisata bukit yang berada di area Jogja dan sekitarnya diantaranya, Bukit Nglanggeran, Bukit Panguk Kediwung, Bukit Parang Endog, Bukit Lintang Sewu, Bukit Ngisis, dlsb,

Bukit Ngisis terletak di Desa Nglinggo, Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo, Yogyakarta. Untuk menuju langsung ke Bukit Ngisis, tidak ada untuk akses kendaraan bermotor. Tetapi hanya bisa diakses dengan berjalan kaki hingga ke puncak bukit.

Bukit-bukit yang disebut di atas menawarkan keindahannya masing-masing. Secara keseluruhan bukit-bukit ini pada dasarnya menyajikan pemandangan indah nan asri yang menyejukkan. Namun tetap saja terdapat perbedaan dan daya tariknya masing-masing. Perbedaan ini bisa dipengaruhi oleh perbedaan daerah, fasilitas, ragam dan kelebatan pepohonannya, ataupun perbedaan lainnya.

Nah, lalu hal apa yang ditawarkan oleh Bukit Ngisis ini?

Dinamakan Bukit Ngisis karena udara di sini sangat sejuk. Kata Ngisis sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti aktivitas mencari angin yang sejuk dan sepoi-sepoi. Nama Ngisis sendiri disinyalir menjadi salah satu daya tarik yang membuat para wisatawan penasaran tentang bagaimana keindahan Bukit Ngisis yang sebenarnya.

Di Bukit Ngisis pun terdapat kebun teh beserta suasana pedesaan yang ramah dan membuat pengunjung betah berada lama-lama di sini. Secara astronomis, bukit ini pun menjadi titik nol dari perbukitan tempat kebun teh Nglinggo berada.

Sebagaimana bukit-bukit lainnya, bukit yang berada di ketinggian 900 meter dari permukaan laut ini sering dijadikan tempat oleh para pengunjung sebagai tempat menikmati terbit atau terbenamnya matahari. Selain itu, spot-spot yang tersedia di sini pun sangat boleh dan pantas diangkat ke media sosial berkat keunikan dan keindahannya. Dan lain yang lebih unik, dari sini kita pun bisa melihat keindahan beberapa Gunung yang berada di area Jogja dan sekitarnya seperti Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

Menikmati Pesona Air Terjun Sidoharjo

Air Terjun Sidoharjo bukan terletak di Sidoarjo. Air terjun ini berada di Dusun Gonolangu, Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya berada di area perbukitan menoreh sehingga saat hampir menuju lokasi, banyak tanjakan yang cukup curam yang harus dilalui.

Air terjun Sidoharjo masih terbilang jarang terdengar bagi banyak wisatawan. Meskipun begitu, Air terjun yang juga dikenal sebagai Air terjun Perawan Sidoharjo menyimpan berbagai daya tarik yang membuat penasaran para wisatawan. Tapi mengapa air terjun ini disebut sebagai air terjun perawan? Apakah karena air terjun ini belum pernah ditemukan, atau baru saja ditemukan, atau memang tidak untuk ditemukan? Jawabannya bukan ketiganya. Menurut masyarakat setempat adalah karena yang pertama kali menemukan tempat ini adalah seorang gadis. Masuk akal, sih.

Begitu tiba di lokasi, kamu akan disuguhi pemandangan tebing yang amat tinggi dibandingkan tinggi orang dewasa pada umumnya. Dari tebing tinggi ini mengalirlah air bening dan menyegarkan. Di bawahnya adalah tampungan aliran air yang biasa dimanfaatkan untuk berendam.

Hutan yang menjadi lokasi air terjun ini begitu sejuk dan asri. Di sekitar lokasi ini juga terdapat bunga-bunga liar yang menambah pesona keindahan kawasan air terjun. Selain dirambati tetumbuhan, di sini juga berkeliaran monyet berekor panjang yang menjadi penghuni hutan.

Untuk menikmati keindahan alam Air Terjun Sidoharjo, kamu cukup membayar 5000 rupiah saja dan kamu bisa berada di sana sepuasnya. Menurut informasi mutakhir, tempat ini belum ada yang mengelola secara pantas, jadi belum lagi terdapat fasilitas layaknya tempa wisata. Maka, kamu sebaiknya mempersiapkan sendiri perbekalan dan peralatan yang dibutuhkan.

Benteng Takeshi Ala Jogja di Kaki Gunung Merapi; The Lost World Castle

Di Dusun Petung, Kepuhrejo, terdapat sebuah pemandangan yang menarik. Yaitu keberadaan sebuah bangunan besar yang dindingnya terbuat dari batu. Sekilas melihat bentuknya menyerupai istana kuno yang dikelilingi oleh tembok tinggi. Namun ada juga yang menganggapnya menyerupai Benteng Takeshi, salah satu program reality show dari Jepang yang digemari oleh masyarakat. Sedangkan di gerbang depan bangunan tersebut bertuliskan The Lost World Castle.

Lokasi The Lost World Castle tak terlalu jauh dari Merapi Golf atau Lava Tour Merapi di sebelah selatan Kaliadem. The Lost World Castle merupakan tempat wisata baru di Sleman, Yogyakarta. Mengusung bangunan dengan arsitektur bergaya Eropa kuno sekaligus memadukan gaya arsitektur tembok besar China, tempat ini menjadi lokasi favorit bagi para pecinta wisata yang memiliki kegemaran berfoto selfie.

Apabila ingin menuju The Lost World Castle, kita bisa kapan saja karena tempat ini buka setiap hari dari pukul 07.00 sampai 18.00 WIB. Tiket masuknya pun tidak sampai menyentuh nominal Rp. 40.000,-

Dari segi bangunan utamanya, The Lost World Castle terbuat dari batu dan dilapisi keramik dibeberapa sudut. Batu yang digunakan untuk membangun tempat ini adalah batuan vulkanik yang diperoleh dari sisa erupsi Gunung Merapi.

Ketika sedang berada di The Lost World Castle ini, kita seolah terlempar ke masa lalu, atau ke negeri dongeng, di mana pangeran tampan berkuda putih masih hidup dan bermaksud menyelamatkan sang putri yang sedang tertidur lelap di dalam puri megah. Kita akan merasa seperti hidup dalam dongeng.