Sendang Bengkung, Mata Air di Bantul yang Tak Kenal Musim

Dampak kemarau yang melanda sejak bulan Mei lazimnya membuat banyak sumber mata air, embung, maupun sendang mengalami penurunan debit air bahkan kering. Namun tidak dengan Sendang Bengkung yang berada di wilayah perbukitan Mangunan, Dlingo, Bantul ini.

Boleh dikatakan, Sendang Bengkung adalah sumber mata air ajaib. Karena, walau kemarau melanda pun sendang ini sama sekali tidak kekeringan, hanya saja debit air memang tidak semelimpah ketika musim penghujan. Padahal, sendang ini berusia sudah puluhan tahun. Masyarakat memepercayai bahwa Sendang Bengkung merupakan petilasan dari pertapaan Sultan Agung.

Sendang ini berada di sebuah bangunan di kaki bukit, ditengah hutan Mangunan yang asri. Di dalamnya, terdengar suara gemericik air dan banyak pipa yang menyalurkan air ini ke sejumlah wilayah terdekatnya.

Sejak tahun 1930, warga memanfaatkan air dari Sendang Bengkung untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari. Sebagian juga dialirkan ke makam Raja di Imogiri.

Sendang Bengkung berada diantara pohon-pohon yang rindang. Menurut kepercayaan, pohon-pohon tersebut harus senantiasa dirawat dan tidak boleh ditebang. Di Sendang itu juga, masyarakat sekitar percaya bahwa itu sebagai tempat untuk meminta hajat supaya terkabul. Beberapa pengunjung yang bukan asli penduduk wilayah itu pun, beberapa ada yang datang untuk keperluan meminta terkabulnya hajat mereka.

Untuk bisa menjangkau lokasi Sendang Bengkung, kita diajak sedikit berjuang dengan melewati jalan berbatu dan menanjak. Setelahnya, kita akan menapaki tangga dengan panjang kurang lebih 200 meter. Cukup menantang kekuatan kaki sebelum mencapai lokasi, namun akan terbayar ketika bisa merasakan dinginnya air sendang. []

Pantai Surumanis, Panorama Bali di Pesisir Kebumen

Barangkali nama Pantai Surumani masih asing di telinga. Pantai ini terdapat di Desa Pasir, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, memang masih belum banyak yang berkunjung.

Pantai ini memiliki keindahan panorama seperti pantai di Pulau Dewata Bali, karena lokasinya ini dikelilingi oleh perbukitan hijau yang masih asri. Bebatuan karang di sana membuat nuansanya semakin seperti di Bali.

Pantai yang panjangnya mencapai 600m ini juga dilengkapi berbagai fasilitas penunjang. Terdapat rumah pohon, jembatan, dan berbagai spot berfoto yang unik. Di sana juga menyediakan sajian kuliner dengan berbagai pilihan makanan tradisional khas Kebumen. Tentu saja dengan cita rasa yang akan memanjakan lidah.

Untuk menuju Pantai Surumanis memang aksesnya tidak terlalu mudah. Kita harus melewati jalan menanjak dan agak licin, karena kondisi aspalnya yang kurang baik. Namun meski begitu, ketika kita sampai di Pantai Surumanis, rasa lelah di perjalanan terbayarkan.

Di Pantai Surumanis kita hanya perlu mengeluarkan biaya Rp.5000,- per-orang. Sedangkan untuk parkir, biaya yang sangat umum yaitu Rp.2000,- untuk kendaraan bermotor dan Rp.5000,- untuk kendaraan roda 4.

Pantai Surumanis ini sangat cocok dikunjungi pecinta selfie, pemburu foto lanskap, ataupun untuk berwisata yang sekadar untuk melepas penat karena keindahan dan eksotisme alam yang disuguhkan. []

Naik Perahu di Setren Opak Bantul

 

Di Yogyakarta, salah satu kabupaten yang terus mengenalkan objek wisata baru adalah Kabupaten Bantul. Kali ini adalah Setren Opak Bantul. Objek wisata ini dibangun oleh sekelompok anak muda yang berinisiatif mengembangkan taman wisata, yang kemudian diberi nama Eduwisata Setren Opak. Tepatnya di daerah Piyungan, Dusun Karangploso, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Bantul. Panorama alam khas pedesaan akan membuat siapapun betah berada di tempat ini.

Tempat wisata yang dibuka pada tanggal 28 Oktober 2018, terbilang baru, kini sudah cukup populer bagi wisatawan. Meskipun berada di kawasan pedesan, tempat ini mudah untuk diakses. Papan petunjuk wisata pun banyak terpasang, sehingga memudahkan menuju lokasi.

Di Setren Opak, kita dibuat terpesona dengan suasana alam yang masih asri dan udara yang sejuk. Itu semua karena letaknya dekat kawasan hutan bambu, sehingga nuansa pedesaan sangatlah kental. Tak lupa juga pemandangan aliran air dari Sungai Opak yang begitu tenang.

Sungai Opak yang tenang ini membuat pengelola menyediakan wahana naik perahu. Kesempatan naik perahu di sungai semacam ini tentu membuat momen liburan semakin seru dan berkesan.

Dengan luas lahan mencapai kurang lebih 1,3 hektare, Eduwisata Setren Opak sudah dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas yang cukup memadai. Selain naik perahu, ada juga para pedagang makanan. Sehingga bila berkunjung ke sini, kita bisa menemukan aneka kuliner dan menikmatinya sambil dimanjakan oleh suasana pedesaan asri dan ketenangan aliran sungai. Tentu saja harganya murah-murah.

Untuk bisa merasakan kesenangan di Satren Opak, kita tidak perlu mengeluarkan biaya mahal. Harga tiket per-Maret 2019 masih gratis. Kita hanya perlu membayar parkir saja. Sedangkan untuk fasilitas naik perahu, ada biaya tersendiri.

Mengunjungi Setren Opak bisa setiap hari. Destinasi ini paling ramai dikunjungi di akhir pekan. Jam bukanya adalah pukul 08.00 WIB dan akan ditutup pukul 17.00 WIB. []

Menikmati Kuliner Tradisional di Pasar Pahing Al Mumtaz Gunungkidul

 

Pasar Pahing Al Mumtaz dibuka sejak bulan Oktober 2018. Lokasinya di Dusun Kerjan, Kelurahan Beji, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya yang bergabung dengan Pondok Pesantren Al Mumtaz ini tidak buka setiap hari, melainkan setiap Minggu Pahing saja.

Makanan yang dijual tentu sudah jarang ditemukan di kota. Mulai dari thiwul, cenil, dawet, pecel, sempol dan aneka menu makanan tradisional lainnya, dan itu semua bisa membawa kita bernostalgia ke masa kecil dulu.

Transaksi di Pasar Pahing Al Mumtaz tidak menggunakan uang kertas. Ketika memasuki kawasan pasar, kita menukar uang kertas uang kayu berbentuk seperti koin dengan stempel yang didapat dari petugas.

Pasar Pahing Al Mumtaz adalah Ketua Pondok Pesatren Al Mumtaz Gunungkidul. Tujuannya adalah untuk mendongkrak ekonomi masyarakat sekitar. Pondok Pesantren Al Mumtaz ingin santrinya dan masyarakat sekitar pondok bisa sama-sama sukses dan bahagia bersama sesuai dengan ajaran Islam.

Masyarakat sekitar merespon positif dan wisatawan juga senang menikmati jajanan yang diperjual-belikan. Terbukti bahwa setiap minggunya Pasar Pahing Al Mumtaz ini selalu dipenuh sesaki oleh pengunjng untuk bernostalgia dengan jajanan tradisional. []

Melihat Mobil-mobil Tua Eropa dari Dekat di Junkyard Autopark & Café

Bila kamu seorang pecinta mobil-mobil klasik – sebut saja VW, Chevrolet, Flat, dll – maka tempat kece ini tak boleh kamu lewatkan dan wajib ada di daftar kunjungan akhir pekan dan musim liburanmu.

Junkyard Autopark & Café namanya. Didirikan pada 30 Maret 2018 oleh seorang pecinta mobil klasik Eropa, Wiwid. Didirikan di atas tanah bengkok milik Kepala Desa Wanurejo dengan sistem bagi hasil pendapatan.

Di sini kamu akan mendapati sekitar 20 mobil klasik Eropa ditata rapi di taman seluas 2.000 meter persegi. Meski hanya tinggal rangkanya saja, namun mobil ini disulap menjadi sesuatu yang lain dari sekadar mobil rongsokan. Dengan keterampilan dan kecintaan Wiwid terhadap mobil-mobil antik Eropa, mobil rongsok tersebut dicat dan dibersihkan sehingga terlihat seperti baru tanpa meninggalkan nuansa estetik-klasiknya.

Ada mobil yang ditata dengan dibelah menjadi dua untuk dijadikan ayunan, diposisikan secara vertikal seolah-olah mobil itu sedang jungkir balik, dicat ulang sehingga tampak mulus kembali, dan tata letak eksentrik lainnya.

Mobil Fiat 500 yang dibuat pada 1951 menjadi koleksi tertua yang dipajang di sana.

Di sini, selain mempelajari berbagai sejarah dari pembuatan mobil-mobil Eropa tersebut, kamu juga bisa berfoto ria dengan menjadikan mobil-mobil antik tersebut sebagai latar belakang. Selain spot mobil tua, di sini disediakan juga spot foto bertema pasar tradisional, rock ‘n roll, diorama kota klasik, sepeda motor kuno, dan bemo.

Sudah merasa cukup berfoto dan melihat-lihat mobil antik, saatnya kamu menjajal wahana permainan yang menantang adrenaline, yaitu memacu adrenalin seperti kora-kora dan ontang-anting. Cukup dengan membayar 25 ribu rupiah kamu bisa menikmati semua wahana yang tersedia di Junkyard Autopark & Café.

Nah, sebelum pulang jangan lupa untuk melepas dahaga atau mencicipi kudapan di kafe yang ada di tengah taman. Aneka menu kekinian disajikan di sana dengan harga yang tak akan membuat kantongmu mengkerut. Ayo, tunggu apa lagi!

Kompleks XT Square Sebagai Selfie Park di Yogyakarta

 

Berselfie bisa di mana saja. Apalagi Yogyakarta memiliki spot unik di setiap sudutnya yang cocok untuk background foto selfie kita. Namun, Selfie Park di XT Square ini menawarkan keunikan dengan terdapatnya berbagai macam tema sebagai latar berfoto. Tempat wisata yang dibuka pada awal Maret 2018 ini mencuri banyak perhatian karena berada di tengah kota dan mudah untuk diakses.

Di Selfie Park ini kita bisa merasakan sensasi liburan seru dengan berbagai macam tema foto di sana. Misalnya bagi kita yang tidak sempat mengunjungi banyak sekali wisata alam di 4 kabupaten yang mengelilingi Yogyakarta, maka Selfie Park bisa mewakilinya. Dengan luas lahan mencapai 1088 meter per-segi, tempat ini didesain sedemikian rupa sehingga menyajikan spot foto yang tidak kalah bagus.

Terdapat spot yang didesain berbentuk sangkar burung, bunga matahari, hingga jembatan yang menghubungkan dua pohon. Dekorasi tersebut dibuat dengan bahan dan material yang alami, misalnya batang kayu, akar, dan juga ranting. Hal tersebut membuat nuansa alamnya tetap terjaga meskipun destinasi ini berada di tengah kota. Hasil foto dengan spot-spot tersebut terlihat menarik dan tentunya instagramable.

Puas berfoto di Selfie Park, kita bisa singgah ke zona fashion dan penjualan kerajinan hasil UMKM. Buat yang keroncongan perutnya, tenang saja karena di sana juga terdapat zona kuliner dengan berbagai macam pilihan menu yang menggugah selera.

Beberapa fasilitas lain yang disediakan antara lain toilet, mushala, parkir area yang luas dan ATM centre di dekat pintu masuk kawasan XT Square.

Untuk berkunjung ke Selfie Park, bisa mulai pukul 10.00 WIB sampai 22.00 WIB, dengan biaya yang murah meriah. Untuk menikmati begitu banyak fasilitas wisata berfoto, cukup membayar tiket masuk sebesar Rp.10.000,- untuk dewasa, sedangkan gratis untuk anak-anak. Sementara parkir, Rp.2.000,- per-sepeda motor. []

Jelajah Sawah Pertanian Bowongan (JSPB) Songgo Langit

Liburan selalu identik dengan berkunjung ke desa. Kira-kira begitulah disetiap cerita liburan yang ditulis kita semasa kecil. Di Dusun Sukorame, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Bantul, yang jauh dari pusat kota ini terdapat wisata Jelajah Sawah Pertanian Bowongan (JSPB) Songgo Langit. Hamparan padi sejauh mata memandang sangatlah menyejukkan mata.

Meskipun di area persawahan, kita tidak perlu takut kotor yang disebabkan lumpur. Itu semua karena diatas bentang sawah telah dibangun jembatan bambu dengan luas area yang dikelilingi 357 meter. Tidak perlu khawatir dengan jembatan putus, karena bambu yang digunakan untuk membangun adalah bambu petung yang terkenal kuat dan awet.

Di Songgo Langit ini ada pilihan spot untuk berfoto. Yang menjadi favorit di lokasi ini adalah panggung dua lantai atau terkenal dengan sebutan gardu pandang. Selain paling pas untuk berfoto dengan latar belakang yang unik, juga paling tepat untuk pengunjung bisa memanjakan mata dengan melepas pandangan sejauh bentangan sawah.

Bagi pengunjung yang membawa bekal sendiri, bisa dinikmati sambil merasakan semilirnya angin sawah dan pemandangan yang menyejukkan mata.

Keberadaan Jelajah Sawah Pertanian Bowongan (JSPB) Songgo Langit merupakan pembuktian wisata alam di daerah Mangunan yang begitu banyak potensi, selain Hutan Pinus, Watu Lawang, dan lainnya. Semua itu terwujud berkat kerja dan kreatifita masyarakat sekitar yang bahu-membahu membangun desa, juga mengembangkan potensi yang ada sehingga menjadi desa yang mandiri dan maju.

Jika ingin mengunjungi Jelajah Sawah Pertanian Bowongan (JSPB) Songgo Langit, baiknya memperhatikan siklus tanam, agar bisa mendapatkan pemandangan padi yang masih hijau segar. []

Eksotisme Panorama Jepang di Kalinampu Natural Park Jogja

Bila kita belum memiliki uang cukup untuk pergi ke Jepang, kita bisa menjajal suasana ke-Jepang-an di Kalinampu Natural Park, hanya dengan merogoh saku mulai Rp.2000,-. Lokasinya di Pundong, Kabupaten Bantul.

Meskipun objek wisata ini tergolong wisata alam musiman, yang puncaknya adalah bulan Oktober, namun hingga kini jumlah pengunjung tetap banyak karena destinasi ini menawarkan berbagai spot foto yang unik.

Pemandangan utama Kalinampu adalah kolam yang diatasnya ditumbuhi enceng godok. Tanaman yang acap kali di anggap gulma ini memberikan nuansa berbeda, sehingga warga sekitar bekerjasama untuk membuatnya menjadi indah. Siapa yang menyangka, kerja keras masyarakat dengan mendesain sedemikian rupa sehingga ketika di foto tidak tampak seperti sedang di Jogja. Ada juga properti foto seperti baju kimono, kipas, payung kertas hingga gerbang Torii yang ikonik.

Akses menuju lokasi terbialng mudah. Melewati Jalan Parangtritis, sebelum sampai pantai terdapat Kali Opak. Kita cukup merogoh kantung Rp.5.000,- untuk tiket masuk dan parkir motor. Rp.10.000,- utnuk roda empat. Sedangkan bila ingin berfoto mengenakan kimono, biaya sewanya Rp.25.000,-.

Ketika sudah menyewa kimono, maka rambut perlu di ikat layaknya gadis Jepang, agar terlihat totalitas saat berfoto. Sangat unik tentunya, khususnya bagi mereka yang menggemari budaya Negeri Matahari Terbit. []

Bermain dan Belajar di Taman Puspa Gading Bantul

 

Bantul tak pernah mengecewakan para wisatawannya. Kini Bantul bukan hanya tentang Parangtritis, Gumuk Pasir, dan Pantai Samas saja. Setiap tahunnya selalu saja bermunculan tempat wisata baru yang selalu berhasil menarik banyak wisatawan.

Selain wisata alam air terjun, pantai, bebukitan, dan semacamnya, Bantul kini mempunyai tempat wisata anyar yang belakangan mencuri perhatian para pecinta wisatawan dari berbagai daerah. Objek wisata tersebut adalah Taman Puspa Gading Bantul yang berada di Kampung Wisata Tegaldowo, Grujugan, Bantul, berjarak sekitar 17 km dari pusat Kota Jogja.

Taman Puspa Gading Bantul merupakan tempat wisata yang mengusung konsep edukasi. Dibuka pada 5 Juni 2019, Taman Puspa Gading dibangun di atas tanah seluas 1 hektare, langsung menyedot perhatian wisatawan yang mencari tempat wisata yang murah meriah namun memberi sejuta kesan yang sulit dilupakan.

Meskipun terbilang masih baru, namun Taman Puspa Gading telah dilengkapi dengan fasilitas serta wahana bermain yang memadai dan mengasyikan. Beberapa fasilitas tersebut antara lain area parkir yang luas, kamar mandi/toilet, food court, gazebo, spot foto selfie, dan mushola. Untuk fasilitas bermain, Taman Puspa Gading menyediakan, di antaranya: kolam renang, kolam terapi ikan, kolam tangkap ikan, bermain ATV, kolam mandi bola, river tubing, flying fox, hingga wall climbing. Bagi kamu yang ingin belajar sesuatu di Taman Puspa Gading, disediakan paket Culture Activity. Di sini kamu akan belajar cara menanam padi dan seputar dunia pertanian lainnya.

Selayaknya desa wisata pada umumnya, kamu juga bisa bermalam di penginapan yang tersedia dan menikmati kehidupan di pedesaan dari dekat. Lidah dan perut kamu juga akan dimanjakan dengan kuliner dengan menu tradisional yang menggugah selera.

Pada saat baru dibuka, kamu tidak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun untuk berlibur di Taman Puspa Gading. Namun, demi meningkatkan pelayanan dan fasilitas serta perawatan, kini kamu dikenakan biaya sebesar 8.000, wahana terapi ikan Rp 5.000, dan wahana bermain ATV sebesar Rp 10.000. Murah sekali, kan?

Taman Puspa Gading buka mulai pukul 07.00 WIB – 18.00 WIB untuk hari Selasa dan Ahad.  Sementara untuk hari Senin, Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu buka mulai pukul 08.00 WIB – 18.00 WIB.