Berlibur ke Wisata Alam Batu Raden

Wisata yang akan kita bahas kali ini merupakan objek wisata populer dan sudah banyak dikunjungi oleh wisatawan dalam maupun luar negeri. Wisata alam ini berada di sebelah utara Kota Purwokerto atau tepatnya di lereng Gunung Slamet.

Tempat wisata ini bernama Batu Raden.

Sangking tak pernah sepi dari pengunjung, tidak sedikit hotel dan vila indah berdiri di kawasan ini untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal di kawasan baturaden, dengan hawa yang sejuk dan pemandangan yang indah membuat wisatawan betah untuk tinggal di setiap hotel maupun vila yang ada di sini.

Jika kamu tahu tentang legenda Lutung Kasarung, nah, Batu Raden inilah yang menjadi latar kejadian cerita tersebut, dan atas alasan inilah lengenda dan dongeng dari lutung kasarung tak luput dari Kawasan Wisata Baturaden.

Baturaden tepatnya terletak di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Jalur untuk menuju lokawisata pun cukup mudah karena sudah disediakan akses jalan yang bagus. Meskipun kalian perlu berhati-hati karena untuk menuju kawasan ini kalian harus menempuh jalan dengan tanjakan yang tajam.

Baturaden merupakan tempat wisata alam yang indah, di Indonesia memang banyak wisata alam yang indah seperti Wisata Alam Bogor, namun Baturaden tidak kalah indahnya dengan tempat wisata alam yang lain. Berikut sejumlah spot yang bisa kamu kunjungi di Objek Wisata Batu Raden:

Pancuran Pitu dan Pancuran Telu Baturaden. Spot ini merupakan yang paling favorit. Spot ini adalah tempat pemandian air panas. Kamu akan menikmati pemandian alami dengan suhu antara 60 hingga 70 derajat celcius. Tidak sedikit yang datang ke sini untuk terapi air panas. Selain untuk pemandian air panas kalian juga dapat menikmati pijat sulfur yang banyak terdapat di tempat ini, cukup dengan membayar 7.500 hingga 15.000 rupiah kalian sudah bisa menikmati pijatan ini.

Lainnya ada Telaga Sunyi dengan suasananya yang seperti di Jepang: sunyi rimbun pepohonan, air yang mengalir tenang nan jernih; Bumi Perkemahan Wana, yang merupakan tempat kemah dan pernah menjadi lokasi jambore nasional pramuka pada 2001.Taman Loka Widya Mandala dengan koleksi satwanya yang menggemaskan. Teater Alam Batu Raden, dan Wisata Budaya Grebeg Surya.

 

 

Sagio Puppet, Pembuatan Wayang Pertama di Bantul

Sagio Puppet bukan hanya tempat untuk memesan wayang. Di tempat itu juga kita diberi kesempatan untuk belajar mendalami filosofi dan teknik membuatnya. Sagio Puppet dikelola oleh Sagio, seorang masterpiece yang selama lebih dari 30 tahun bertekun dalam pembuatan wayang.

Sagio belajar dari sang ayah (Jaya Perwita) dan seorang pembuat wayang senior Kraton Yogyakarta (MB Prayitno) membuatnya mampu mengenal karakter setiap tokoh wayang. Pengetahuan mendalam yang berpadu dengan semangat cinta wayang yang telah tumbuh sejak usia 11 tahun membuatnya mampu menghasilkan wayang dengan kualitas ultra.

Hasil karya Sagio telah banyak menjadi ‘aktor’ dalam berbagai pertunjukan. Ki Hadi Sugito dan Ki Timbul, adalah dalang terkenal di Indonesia yang mengandalkan wayang karya Sagio. Pejabat negara seperti mantan presiden Abdurahman Wahid yang menggemari tokoh Kumbokarno dan Megawati Soekarno Putri bahkan mengkoleksi wayang karya Sagio. Kepiawaian Sagio juga membuatnya dipercaya seorang turis asing untuk membuat wayang bergaya Spanyol.

Wayang yang dijual oleh Sagio memiliki beragam ukuran dan harga yang terbilang bisa bersaing. Wayang terkecil dibanderol seharga Rp.5000,- hingga yang paling besar seharga Rp.1.500.000,-. Sedangkan satu set wayang untuk pagelaran dijual seharga Rp.200.000.000,- untuk prada emas dan Rp.50.000.000,- hingga Rp.100.000.000,- untruk prada coklat.

Hasil karyanya tesebut bisa dibeli langsung di Sagio Puppet atau beberapa hotel yang menjualnya. Hasil karyanya selain wayang, ada juga topeng batik klasik maupun dekoratif dan juga souvenir kulit maupun kayu yang cocok untuk dikoleksi. []

Masjid Kotagede, Masjid Tertua yang Masih Kokoh

 

Kotagede memiliki suasana magis tersendiri ketika kita menjejakkan kaki ke sana. Bangunan-bangunan di sekitar jalan yang masih dengan gaya rumah kolonial memberi kesan tua dan kuno. Bila berkelana  ke Kotagede tidak akan lengkap jika tidak berkunjung ke Masjid Kotagede, bangunan tempat ibadah islam yang tertua di Yogyakarta.

Mungkin di Kotagede yang terkenal adalah tempat pemakaman raja Mataram. Namun sebenarnya, bangunan masjid yang sering kali terlewatkan ini sebenarnya memiliki sisi keunikan yang luar biasa. Masjid yang berdiri sekitar tahun 1640-an ini memiliki cerita pada setiap pirantinya.

Sebelum memasuki kompleks masjid, kita akan menemui sebuah pohon beringin yang konon usianya sudah ratusan tahun. Pohon itu tumbuh di lokasi yang kini dimanfaatkan untuk tempat parkir. Karena usianya yang tua, penduduk setempat menamainya “Wringin Sepuh” dan menganggapnya mendatangkan berkah. Keinginan seseorang, menurut cerita, akan terpenuhi bila mau bertapa di bawah pohon tersebut hingga mendapatkan dua lembar daun jatuh, satu tertelungkup dan satu lagi terentang.

Berjalan mengelilingi halaman masjid, akan dijumpai perbedaan pada tembok yang mengelilingi bangunan masjid. Tembok bagian kiri terdiri dari batu bata yang ukurannya lebih besar, warna yang lebih merah, serta terdapat batu seperti marmer yang di permukaannya ditulis aksara Jawa. Sementara tembok yang lain memiliki batu bata berwarna agak muda, ukuran lebih kecil, dan polos. Tembok yang ada di kiri masjid itulah yang dibangun pada masa Sultan Agung. Sementara tembok yang lain merupakan hasil renovasi Paku Buwono X. Tembok yang dibangun pada masa Sultan Agung berperekat air aren yang dapat membatu sehingga lebih kuat.

Masjid yang usianya telah ratusan tahun itu hingga kini masih terlihat hidup. Warga setempat masih menggunakannya sebagai tempat melaksanakan kegiatan keagamaan. Bila datang saat waktu sholat, akan dilihat puluhan warga menunaikan ibadah. Di luar waktu sholat, banyak warga yang menggunakan masjid untuk tempat berkomunikasi, belajar Al Qur’an, dan lain-lain. []

Bersemedi di Gua Maria Tritis

 

Situs-situs sejarah di Yogyakarta seakan tak pernah habis dijelajahi. Selalu saja ada hal menarik yang bisa kita temukan di kota ini. Salah satunya adalah Gua Maria Tritis ini.Wisatawan mudah menemukan goa yang terletak di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Gunungkidul, arah menuju ke sejumlah pantai selatan seperti Baron, Krakal hingga Pulang Sawal atau Indrayanti.

Gua Maria Tritis merupakan salah satu gua alami yang ada di deretan perbukitan karst Gunungkidul dan dijadikan sebagai tempat peziarahan umat Katholik. Dinamakan Tritis karena selalu ada air yang menetes (tumaritis) dari stalaktit yang ada di langit-langit gua. Pada mulanya gua ini merupakan tempat yang sepi dan angker sehingga tidak banyak orang yang berani memasukinya. Oleh karena itu, gua ini sering dijadikan sebagai tempat pertapaan dan menjadi tempat persinggahan beberapa pangeran dari Kerajaan Mataram. Gua ini mulai dikenal oleh umat Katholik pada tahun 1974, yakni pada saat digunakan sebagai tempat Ekaristi Natal. Mulai saat itu Gua Tritis diberi tambahan nama Maria dan menjadi teUntuk masuk ke dalam goa, pengunjung yang melewati jalur biasa bisa berjalan kurang lebih 20 menit atau sekitar 500 meter untuk sampai di mulut goa. Selain itu, bagi peziarah yang ingin melakukan jalan salip harus berjalan memutari bukit karst dengan 14 pemberhentian.

Untuk masuk ke dalam goa, pengunjung yang melewati jalur biasa bisa berjalan kurang lebih 20 menit atau sekitar 500 meter untuk sampai di mulut goa. Selain itu, bagi peziarah yang ingin melakukan jalan salip harus berjalan memutari bukit karst dengan 14 pemberhentian yang dilengkapi diorama kisah sengsara Yesus. Pada stasi ke 12 dibangun 3 buah salib di bawah bukit yang menggambarkan penyaliban Yesus bersama 2 orang penjahat.

Suasana di sini sangat sunyi. Yang tersisa hanya derik serangga atau beberapa suara mistis yang lebih baik tidak usah digubris. Tempat ini cocok untuk bermeditasi atau menenangkan diri bila pengunjung sedang tidak ramai. Altar perjamuan kudus yang terbuat dari batu alam berhiaskan aneka bunga terlihat di tengah gua. Sedangkan tempat duduk umat hanya berupa hamparan karpet. Nuansa alami dan sederhana begitu terasa di gua ini.

Gua ini ramai dikunjungi pada Mei-Oktober, yang merupakan bulan-bulan Bunda Maria. Bila ingin mendapati suasana syahdu, kamu bisa datang pada minggu pertama di tiap bulannya. Mentari sudah kembali ke peraduannya sementara kamu bersimpuh di depan patung Maria. Pendar lilin yang bergoyang tertiup angin seolah memberi petunjuk bahwa masih ada harapan di tengah gelap dan carut-marutnya keadaan dunia.

Kalen Edukasi Lupatmo: Bukan Sekadar Selokan

 

Warga yang baik adalah warga yang memelihara lingkungan sekitarnya. Inilah yang dilakukan oleh warga di Dusun Manggung, Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul. Mereka mengubah air selokan, berkat krreatifitasnya, menjadi wahana edukasi.

Warna-warni layaknya permen menjadi ornamen mencolok mata yang menghias tembok-tembok selokan. Para warga yang lewat selokan ini tak jarang menyempatkan diri untuk mengambil gambar atau berswafoto. Lantas, apa yang istimewa dengan selokan warna-warni ini?

Selokan ini selain diubah suasananya, juga ikut diubah fungsinya. Kamu bisa melihat ikan dalam akuarium kini terpampang dialiran selokan sepanjang 150 meter, saking airnya yang begitu jernih dan ikan-ikannya yang sehat-sehat.

Kalen Edukasi Lupatmo nama tempat wisata ini, Luaptmo adalah akronim dari Telu Papat Limo, yang merupakan bahasa Jawa untuk letak no RT tempat selokan ini memanjang: 3, 4, 5. Sementara Kalen sendiri adalah bahasa Jawa untuk selokan.

Bentuk edukasi yang diberikan oleh Kalen Edukasi Lupatmo adalah berupa memberi pemahaman kepada masyarakat betapa pentinya merawat dan melestarikan lingkungan. Kalen Edukasi Lupatmo sendiri berangkat dari keresahan warga setempat akan sampah-sampah yang menumpuk dan menyumbat aliran selokan. Maka pada 2017 munculah sebuah gagasan untuk menyulap selokan. Bukan saja bersih tapi juga memiliki nilai lebih. Upaya ini efektif. Selain menjadi bersih, selokan ini pun menjadi cantik.

Pemilihan jenis ikan mulai dari ikan mas, nila, nilam, tombro dan sejenisnys dinilai lebih sesuai. Hal ini karena jelas lebih sedap dipandang mata daripada yang sebelumnya dengan adanya ikan lele dan bawal. Dan lain daripada yang lain, untuk memberi kesan indah ditambahkanlah beberapa jembatan dan kincir angin.

Tak ada tarif sepeserpun bila kamu mengunjungi Kalen Edukasi Lupatmo, akan tetapi bila kamu ingin memberi ikan-ikannya pakan, kamu cukup memberikan sejumlah uang dengan nominal cukup kepada pengelolanya. Biaya itu digunakan untuk membeli pakan sehingga bisa digunakan pengunjung yang akan datang.

Yuk, ajak keluarga atau teman-temanmu ke sini.

Potensi Desa Wisata Puton

Kini objek wisata berbasis desa mulai marak bermunculan di berbagai daerah di Indonesia, tak terkecuali di Yogyakarta. Salah satu yang ada di Yogyakarta adalah Desa Wisata Puton, terletak di Dusun Puton, Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul atau di Jln. Imogiri Km 11 Yogyakarta. Berdiri di atas tanah seluas 70 Hektar dengan jumlah penduduk kurang lebih 1.284 jiwa, dan memiliki 393 kepala keluarga, Desa Puton didirikan sejak  29 April 2008 oleh Bapak Lurah Desa Trimulyo. Wisata alam yang ada di Desa Puton antara lain Watu Ngelak dan Sungai Opak.

Konon, Watu Ngelak merupakan tempat Sultan Agung Hanyakrakusuma bersemedi. Watu Ngelak di Puton memiliki sejarah yang telah dipercaya masyarakat secara turun temurun.

Sejarah Watu Ngelak berawal peristiwa Sultan Agung saat berkelana dari Keraton Plered. Beliau menyusuri Sungai Opak dan menuju ke Laut Kidul untuk bersemedi. Beliau berhenti di bebatuan dan meraba-raba batuan tersebut. Sultan Agung akhirnya berhenti di bukit batu. Beliau kehausan, kemudian datang seorang anak kecil memberinya minum air kelapa. Maka dari beliau menamainya Watu Ngelak (Batu Haus), sementara dusun di sekitar bukit batu dinamai dengan nama Puton yang artinya cucu, karena anak yang memberinya minum adalah cucu seorang janda di Desa Dadapan.

Desa Puton pun mempunyai potensi wisata peternakan, perikanan, budaya dan kesenian tradisi, pondok makan, pemancingan, arung Sungai Opak, dan perkemahan.

Masyarakat Dusun Puton mengembangkan kerajinan pahat batu, kerajinan kayu, seni lukis, batik, kerajinan gedebog pisang, dan juga sudi takir yang saat ini sudah jarang digunakan karena sudah tergantikan oleh bahan-bahan plastik.

Sementara dalam segi budaya, Desa Puton mengembangkan  karawitan, pedalangan atau wayang kulit, kethoprak remaja, tari tradisional, Gejog Lesung, Sholawatan, Pertunjukan Band pemuda, dan Hadroh.

Dalam bidang kuliner, Desa Wisata Puton mempunyai industri peyek, kripik, kacang sangan, sego wiwit, masakan ikan segar, dan masakan tradisional di pondok wisata.

Desa Puton pun sudah dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, di antaranya, panggung dan Arena Seni, Atraksi Budaya, Arena Bermain dan Kemah, Pemancingan, Pondok makan dengan 6 gazebo.